Johatsu : Orang yang Hilang Menguap

Ditulis oleh: Administrator, 19-12-2019

    Tahukah kalian bahwa Jepang termasuk kedalam negara dengan angka bunuh diri yang tinggi? Kini Jepang mengalami suatu fenomena bunuh diri modern yang disebut dengan Johatsu. Johatsu yang berarti “evaporation” atau “penguapan” adalah suatu fenomena dimana orang-orang menghilang tanpa jejak dan lebih memilih untuk hidup dalam bayang-bayang, bekerja, dan beraktifitas tanpa meninggalkan jejak. Fenomena Johatsu bermula ketika gelembung asset meledak pada tahun 1992 yang menandai periode “Lost Score” atau skor yang hilang pada tahun (1991-2010). Dalam kurun waktu tersebut, diperkirakan sekitar 100.000 orang di Jepang menghilang setiap tahun, dilaporkan menghilang ataupun tidak ditemukan lagi keberadaannya.

     Meningkatnya fenomena johatsu disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh adalah faktor ekonomi. Orang-orang yang kehilangan pekerjaan, tidak mampu membayar hutang, tekanan-tekanan keuangan dalam hidup membuat orang lebih memilih untuk melarikan diri dan menghilang begitu saja, lebih memilih mencari kebebasan daripada mencari solusi. Berkembang pesatnya ekonomi bayangan di Jepang, memungkinkan orang-orang menemukan pekerjaan tanpa teridentifikasi dan tanpa jejak. Banyak dari mereka yang memilih menjadi buruh harian atau menjadi tenaga kerja murah di berbagai penginapan yang berafiliasi dengan sindikat kejahatan terbesar di Jepang, Yakuza. Namun, tak sedikit pula yang memilih hidup di jalanan dan menggantungkan hidup dari belas kasih orang-orang yang lewat.

     Faktor lain yang berpengaruh adalah rasa malu. Jepang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kehormatan dan lebih memilih mati dibandingkan hidup menanggung aib dan masa lalu. Hal ini telah tercermin dari  zaman dahulu dimana samurai dan pejabat tinggi militer yang lebih memilih bunuh diri dengan ritual "Seppuku" (切腹) yang merupakan ritual bunuh diri dengan cara merobek perut dan mengeluarkan usus untuk memulihkan nama baik setelah kegagalan saat melaksanakan tugas dan/atau kesalahan untuk kepentingan rakyat. Di era modern, Johatsu atau menghilang tanpa jejak sepertinya adalah alternative yang lebih mudah daripada melakukan Seppuku. Terbukti dari meningkatnya jumlah orang hilang pada akhir perang dunia ke II, ketika Jepang sedang berada dalam kekalahan.

     Untuk mengatasi fenomena Johatsu, pada tahun 2015 diperkenalkan sistem Nomor Individu Nasional (yang mirip dengan Nomor Keamanan Sosial Nasional) untuk melacak orang dengan keperluan pajak dan bencana. Tempat yang dijadikan perlindungan oleh orang-orang yang menghilang ini juga menjadi sulit untuk dijangkau karena gentrifikasi dan repurposing. Sehingga, bagi orang-orang yang melakukan Johatsu, hidupnya akan semakin sulit seiring dengan  berkembangnya teknologi.

Untuk Informasi mengenai sekolah, beasiswa, bekerja, dan wisata ke Jepang dapat menghubungi kami melalui website https://mislanguageschool.co.id/

Sumber :

Living in the Shadows: Chasing the "Evaporated People" of Japan. (https://theculturetrip.com/asia/japan/articles/living-in-the-shadows-chasing-the-evaporated-people-of-japan/)