Shingeki, Theater Indah Bentuk Perlawanan Kabuki

Ditulis oleh: Administrator, 13-03-2020

            Shingeki adalah bentuk teater Jepang yang berkembang akibat reaksi terhadap Kabuki. Anggota dari pendiri shingeki ini, termasuk beberapa aktor Kabuki yang terkenal Jepang pada masa itu, ingin menciptakan kembali sebuah pertunjukan yang dapat menyampaikan pesan antara aktor dan penontonnya seperti teater yang ada di Eropa. Karya pertama yang ditampilkan oleh shingeki, sebagai sebuah rekreasi dari teater bergaya barat, adalah drama Shakespeare dan drama Jepang yang dipengaruhi oleh filsafat Naturalisme dan Simbolisme di Barat.

            Shingeki adalah bentuk teater baru yang muncul pada abad ke 20. Shingeki adalah sebuah penampilan teater yang mencoba memodernkan kabuki. Kelompok pusat di tahun-tahun awal adalah Masyarakat Seni Sastra Tsubouchi Shoyo (dimulai pada tahun 1906) dan Teater Gratis Kaoru Osanai (dimulai pada tahun 1909). Hogetsu Shimamura juga berperan penting dalam pengembangan shingeki. Tsukiji Shogekijo, yang didirikan oleh Osanai dan Yoshi Hijikata pada tahun 1924, adalah kelompok praperang yang paling penting, berada di bawah pengaruh Konstantin Stanislavski dan politik sayap kiri.

            Dramawan penting saat itu termasuk Kunio Kishida, Tanaka Chikao, dan Tomoyoshi Murayama. Karena politiknya, shingeki menderita represi pemerintah selama Perang Dunia II. Setelah perang, tiga rombongan mendominasi tempat kejadian: Haiyu-za, yang dipimpin oleh Koreya Senda; Bungaku-za, dengan Haruko Sugimura; dan Gekidan Mingei, dengan Osamu Takizawa dan Jukichi Uno. Tokoh sastra utama seperti Yukio Mishima dan Kobo Abe menulis karya untuk rombongan ini. Rombongan ini masih populer saat ini, namun tahun 1950-an adalah masa kejayaan mereka, karena shingeki pada waktu itu menjadi ortodoksi teatrikal, bentuk dominan yang dimainkan oleh dramawan muda pada tahun 1960an.

            Shingeki membawa pengaruh penting pada dunia bioskop Jepang, pertama pada Gerakan Film Murni tahun 1910-an, ketika para pembaru intelektual berusaha memodernisasi film Jepang. Sutradara Shingeki seperti Eizo Tanaka menghasilkan beberapa film reformis pertama di Nikkatsu seperti Ikeru shikabane (1917) dan aktor shingeki seperti Minoru Murata dan Iyokichi Kondo berkolaborasi dengan Norimasa Kaeriyama untuk membuat karya-karya inovatif seperti The Glow of Live (Sei no kagayaki, 1918). Kaoru Osanai sendiri ditempatkan bertanggung jawab atas sekolah pelatihan Shochiku dan menghasilkan Souls on the Road pada tahun 1921, sebuah karya yang telah disebut "film tengara pertama dalam sejarah Jepang". Pada dekade kemudian, shingeki memberi bioskop itu tempat latihan bagi aktor baru, serta pasokan pemain terampil yang terlatih dalam akting yang realistis.

            Dalam shingeki, yang lebih menonjol adalah sutradara dan penulis naskah, dibandingkan aktornya. Dimana mereka punya hak istimewa untuk menyampaikan ide-ide melalui aktor dan mengubah dialog dalam latihan, juga memiliki posisi sebagai pegawas atas jalannya teater. Hal ini mengubah pengertian baik diri, jenis kelamin, maupun bangsa mereka. Shingeki dikarakteri oleh tumbuhnya “ keterasingan kosmologi tradisional” dan “penolakan terhadap kepercayaan tradisi”. Dengan kata lain, agama dan tradisi yang umum sebelum masa modern menjadi hal yang harus dikaji kembali, pusat kajian ini adalah kembali ke alam dan peran yang harus dimainkan pria dan wanita dalam masyarakat. Dengan kata lain, diskusi tentang shingeki tidak akan lengkap tanpa memikirkan kembali pemahaman terhadap jenis kelamin, dan khususnya gerakan feminis di zaman Meiji dan Taisho.

            Mengenai kostum, seperti kostum drama modern yang menganut aliran naturalis, detail kostum dalam shingeki tidak diutamakan. Kostum yang dipakai jarang menunjukkan status sosial pemeran yang memakainya dan model kostum bergaya barat. Detail ekspresi dan pesan yang disampaikan dalam teater lebih ditonjolkan. Latar panggung juga menggunakan gambar realis bergaya barat yang menonjolkan keindahan.

Untuk Informasi mengenai sekolah, beasiswa, bekerja, dan wisata ke Jepang dapat menghubungi kami melalui website https://mislanguageschool.co.id/

Sumber               : https://muse.jhu.edu/article/196122

                              https://performingarts.jp/

Sumber Gambar : https://www.mondodr.com/andy-hinago-and-chauvet-professional-add-sparkle-to-the-kyoto-sushi-theater/