Kintsugi: Seni Memperindah yang Rusak

Ditulis oleh: Administrator, 09-04-2020

       Pada umumnya, ketika kita menjatuhkan benda seperti vas bunga atau cangkir hingga pecah kita akan membuang pecahan-pecahan dari benda tersebut dengan perasaan menyesal. Tetapi, ada cara lain untuk membuat benda yang sudah pecah tersebut menjadi utuh kembali, dan bahkan juga menjadi lebih indah dari sebelumnya. Cara tersebut adalah seni tradisional memperbaiki tembikar atau keramik yang pecah dari Jepang yang juga dikenal sebagai ‘kintsugi (金継ぎ)’.

       Kintsugi berasal dari kata ‘金 (kin)’ yang berarti ‘emas’ dan ‘継ぎ (tsugi)’ yang berarti ‘memperbaiki’, jika kedua kata tersebut disatukan maka kintsugi secara harafiah memiliki arti ‘memperbaiki dengan emas’. Alih-alih menyatukan bagian yang pecah menggunakan perekat yang dapat menyamarkan patahan agar tidak tampak menonjol, teknik kintsugi  menggunakan getah pohon khusus yang dicampur dengan bubuk emas, perak, atau platinum sebagai perekat. Setelah getah tersebut selesai digunakan untuk menyatukan pecahan-pecahan tembikar atau keramik, lapisan emas yang indah menghiasi celah-celah patahan barang sehingga memberikan penampilan yang unik pada bagian yang telah ‘diperbaiki’, bahkan membuat barang tersebut lebih cantik dibandingkan saat sebelum pecah.

       Teknik kintsugi sendiri merupakan teknik yang telah dilakukan selama ratusan tahun di Jepang. Meskipun kapan awal mula kintsugi dilakukan masih belum jelas, para sejarawan percaya bahwa teknik ini telah dilakukan sejak abad ke-15. Berdasarkan sebuah legenda, kintsugi berawal ketika seorang shogun bernama Ashikaga Yoshimasa mengirimkan sebuah cawan pecah kembali ke Cina untuk diperbaiki. Ketika cawan itu kembali, Yoshimasa kecewa ketika melihat cawan tersebut disatukan menggunakan staples logam. Hal tersebut memotivasi para pengrajin untuk mencari cara lain untuk memperbaiki barang, tetapi juga harus tampak cantik dan memanjakan mata. Sehingga dari situlah kintsugi lahir.

       Kintsugi memiliki 3 teknik tersendiri yakni teknik crack (ひび, hibi),  piece method (欠けの金継ぎ例, kake no kintsugi rei), dan joint-call (呼び継ぎ, yobitsugi). Teknik crack menggunakan getah untuk menyatukan dan mengisi celah-celah pecahan barang. Teknik Piece method menggunakan getah untuk mengisi bagian pecahan atau fragmen yang hilang. Sedangkan teknik joint-call merupakan teknik menyatukan fragmen dari barang lain untuk menggantikan bagian yang hilang dari barang yang ingin diperbaiki.

       Hingga masa kini, teknik kintsugi masih digunakan. Tetapi tidak hanya untuk memperbaiki keramik atau tembikar, kintsugi juga dapat diaplikasikan untuk membuat aksesori, furnitur, bahkan menutup lubang di jalan. Selain memiliki fungsi estetika, kintsugi juga mewakilkan nilai-nilai filosofi dalam hidup. Nilai-nilai yang terkandung dalam kintsugi berkaitan dengan filosofi Jepang ‘wabi-sabi’, yang menyerukan untuk melihat keindahan dari yang tidak sempurna. Teknik kintsugi juga lahir dari konsep ‘mottainai’ atau perasaan menyesal ketika menyia-nyiakan sesuatu, juga konsep ‘mushin’ atau penerimaan dari perubahan.

       Kintsugi juga memberikan gambaran bahwa meskipun seseorang telah jatuh dan hancur, mereka bisa kembali bangkit dan menjadi lebih baik lagi tanpa melupakan luka-luka lama, dan menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya.

Untuk Informasi mengenai sekolah, beasiswa, bekerja, dan wisata ke Jepang dapat menghubungi kami melalui website https://mislanguageschool.co.id/

Sumber               : My Modern Met: Richman-Abdou, Kelly. 2019. Kintsugi: The Centuries-Old Art of Repairing Broken Pottery with Gold. https://mymodernmet.com/kintsugi-kintsukuroi/.

                              Lifegate: Carnazzi, Stefano. 2016. Kintsugi: The Art of Precious Sscars. Diterjemahkan oleh: Clemente, Francesca. https://www.lifegate.com/people/lifestyle/kintsugi.

Sumber Gambar :  (Sumber Gambar: https://mymodernmet.com/kintsugi-kintsukuroi/)