Status Sosial Masyarakat Jepang Kuno

Ditulis oleh: Administrator, 07-05-2021

               Di Jepang pada masa sebelum jaman Meiji terdapat pembagian masyarakat dalam empat golongan, yaitu golongan shi (samurai), noo (petani), koo (pengrajin atau pekerja), dan shoo (pedagang). Pada masa tersebut stratifikasi sosial dapat terwujud karena dipertahankan secara ketat. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penggolongan tersebut tidak terlalu tampak. Walaupun demikian, dalam bahasa Jepang modern terdapat perbedaan bahasa berdasarkan status penuturnya. Artinya, pekerjaan, jabatan, atau kedudukan bahasawan dalam hubungan dengan masyarakat di sekitarnya turut berperan dalam memunculkan perbedaan pemakaian bahasa.

             Hubungan-hubungan sosial yang mengacu pada hubungan atasan-bawahan seperti hubungan senior dengan juniornya, pimpinan perusahaan dengan para pekerjanya, pelanggan dengan penjual, atau guru dengan siswanya dapat dilihat dari pemakaian bahasa. Hubungan antara senior (senpai) dengan junior (kohai) yang begitu ketat dapat diamati dalam lingkungan kehidupan anak-anak sekolah atau mahasiswa. Terhadap teman sekelasnya, seorang siswa akan menggunakan ragam akrab karena mereka sudah saling mengenal dan kenyataannya mereka ada dalam satu tingkatan yang sama. Tetapi siswa yang lebih dulu, walau hanya satu tahun di atas mereka, akan dianggap jauh lebih senior.

             Tidak hanya dalam tingkatan kelas, hubungan senior-junior di antara mahasiswa secara mencolok dapat dilihat juga dalam perkumpulan-perkumpulan olah raga, kesenian, atau kegiatan lainnya yang ada di suatu lembaga pendidikan. Siswa yang masuk lebih dulu pada suatu perkumpulan secara absolut akan dinggap superior dan akan dihormati serta dipatuhi oleh semua yuniornya. Sebagai konsekuensinya, senior harus mengajar, mendidik, melindungi, dan membimbing yuniornya dengan baik sebagaimana seorang kakak bahkan orang tua. 

            Hubungan atasan-bawahan serupa terlihat juga di tempat-tempat kerja. Walaupun seorang pekerja menggunakan ragam akrab terhadap rekan kerja seangkatannya, namun ia akan menggunakan ragam hormat terhadap pimpinannya. Sedangkan pimpinan pada umumnya menggunakan ragam yang sebaliknya terhadap para pegawainya. Persoalannya akan menjadi rumit apabila usia pimpinan lebih muda daripada bawahannya.

            Dalam kasus semacam ini ada keunikan dalam pemakaian bahasa yang digunakan pimpinan tersebut. Ia akan menggunakan ragam biasa (tidak hormat) pada hubungan impersonal dan akan menggunakan ragam hormat dalam hubungan personal seperti pada saat berbincang-bincang secara pribadi di luar lingkungan tempat kerja. Begitu juga hubungan antara pelanggan dan penjual pada prinsipnya seperti hubungan antara atasan dan bawahan, sehingga pada umumnya para penjual selalu menggunakan ragam hormat terhdap para pelanggannya. Tentu saja hal ini tergantung pada faktor lain seperti jenis dan harga barang yang diperjualbelikan, familiaritas, usia, dan sebagainya.

Untuk Informasi mengenai sekolah, beasiswa, bekerja, dan wisata ke Jepang dapat menghubungi kami melalui website https://mislanguageschool.co.id/

Sumber Gambar ; https://i.pinimg.com/originals/3b/db/4a/3bdb4a0ab37a3595b9e84f78160adebb.jpg

Sumber Artikel    : https://eribolot.weebly.com/stratifikasi-sosial-masyarakat-jepang.html