
Tahukah kalian menggunakan apa masa kuno di Jepang saat ingin mengukur waktu? Ya, jam kuno yang juga disebut ‘wadokei’ dalam Bahasa Jepang ini digunakan untuk mengukur waktu hingga tahun 1872. Hingga saat itu, karena masih belum ada jam gaya barat yang masuk ke Jepang, mereka menggunakan wadokei, jam kuno yang hanya menunjukkan 12 jam dalam satu hari Jepang. Panjang dari setiap jam tergantun pada setiap musim, contohnya waktu siang saat musim dingin bisa lebih singkat daripada waktu siang saat musim panas.
Jam kuno ini, sama dengan gaya barat, menggunakan angka untuk menunjukkan waktu, namun saat Zaman Edo, masyarakat lebih cenderung mengacu pada waktu menggunakan hewan zodiak Tiongkok, karena pada jam kuno tersebut setiap angka dikaitkan dengan seekor binatang. Jam sebelum matahari terbit adalah harimau, saat fajar adalah kelinci, tengah hari adalah kuda, dan saat senja adalah ayam.
Wadokei tidak hanya menunjukkan 12 jam waktu Edo dan 12 hewan zodiac, namun juga dapat menunjukkan fase bulan, hari dalam satu minggu, dan 24 musim Jepang (24 sekki). Meskipun begitu, bukan berarti semua orang Jepang pada saat itu memiliki jam. Sebaliknya, mereka mengukur perjalanan waktu dengan suara gendang yang dipukul untuk menandai jam di kuil lokal mereka.
Pada tahun 1872, secara resmi wadokei sudah tidak digunakan lagi untuk mengukur waktu ketika Kaisar Meiji menghapus keberadaan jam tua dan melarang kuil menabuhkan gendang. Ia menyebarkan waktu gaya barat dan kalender Gregorian, karena ia diberitahu bahwa kalender matahari lebih akurat daripada kalender lunar.
Saat ini, satu-satunya tempat di mana jam tersebut masih berbunyi sama seperti dahulu adalah di Kuil Kan’ei, kuil tua Shogun Tokugawa di Ueno.
Sumber:
https://grapee.jp/en/181323
https://japantoday.com/category/features/lifestyle/the-'wadokei'-the-old-way-of-measuring-time-in-japan
Sumber gambar:
https://item-shopping.c.yimg.jp/i/n/craftcafe_ks-wa-03