Yayoi Kusama (草間彌生) merupakan seniman kontemporer dari Jepang yang sudah dikenal di seluruh dunia. Ia lahir pada tanggal 22 Maret 1929 di Nagano, dan sekrang Ia telah berusia 90 tahun. Ia berkecimpung di bidang pemahatan patung dan instalasi, tetapi jua aktif di bidang seni lukis, seni pertunjukan, film, mode, syair, fiksi, dan lain-lain. Karya-karyanya beraliran seni konseptual dengan membawa unsur feminisme, minimalisme, surealisme, seni populer, dan ekspresionisme abstrak yang dipadukan dengan konten otobiografi, psikologi, dan seksual. Ia diakui sebagai salah satu seniman Jepang yang paling berpengaruh di dunia.
Kusama mulai berkarya ketika masih kecil dan mulai menulis puisi pada umur 18 tahun, Pada tahun 1950 Kusama menggambar bentuk alami abstrak menggunakan cat air, gouache, dan minyak di medium kertas. Ia mulai melukis polka dot di berbagai permukaan, seperti di tembok, lantai, kanvas, dan bidang datar lainnya. Rangkaian lukisan kanvas besar pertamanya yang berukuran lebih dari 9 meter yang diberi judul Infinity Nets dipenuhi oleh jaring atau bintik (dots).
Kusama pindah ke Amerika Serikat pada usia 27 tahun. Pada tahun 1957 di Seattle, Ia mengadakan pameran lukisan di Zoe Dusanne Gallery. Setelah tinggal di Seattle selama satu tahun, Ia pindah ke New York dan bertemu dengan seniman idolanya, Georgia O'Keeffe. Selama di Amerika Serikat, Kusama dikenal sebagai pemimpin aliran avant-garde dan mendapat pujian dari kritikus seni bernama Herbert Read. Pada tahun 1960-an, Kusama mengembangkan pembuatan ruang-ruang mirror atau infinity. Di dalam instalasi cermin tak terhingga tersebut, terdapat ruang khusus berdinding kaca berisi sejumlah bola berwarna neon yang menggantung secara acak di atas pengunjung. Ketika berdiri di dalamnya, pengunjung dapat bisa melihat cahaya terpantul berulang-ulang di permukaan cermin sehingga menciptakan ilusi ruang tak terbatas.
Pada tahun 1973 Kusama pulang kembali ke Jepang karena kesehatannya memburuk. Ia mulai menulis novel, cerita pendek, dan puisi yang sangat surealis. Tahun 1977, Kusama memeriksa kesehatan jiwanya di Rumah Sakit Seiwa, dan atas kehendaknya sendiri Ia memutuskan untuk tinggal di rumah sakit secara permanen. Kusama memiliki studio yang tidak jauh dari rumah sakit tersebut, sehingga Ia bisa terus membuat karya seni di berbagai medium dan merintis karir sastra dengan menerbitkan sejumlah novel, koleksi puisi, dan otobiografi. Mulai sejak saat itu, dari tahun 1980 an dan tahun 1990-an sejumlah kegiatan retrospektif membangkitkan lebih banyak ketertarikan masyarakat internasional terhadap karya Yayoi Kusama.
Pada tahun 1993, Kusama sukses menggelar pameran bertajuk paviliun Jepang di Venice, di mana pameran tersebut berisi ruang cermin berisi patung-patung labu kecil disertai Kusama yang mengenakan pakain pesulap berwarna khusus. Setelah itu, Kusama memproduksi patung labu kuning raksasa yang dipenuhi dengan pola bintik hitam, yang sampai sekarang merupakan ikon yang sangat menggambarkan Kusama. Labu tersebut merupakan alter-ego atau potret diri Kusama. Di tahun-tahun berikutnya, Kusama terus berkarya dan mengadakan pameran-pameran di berbagai negara, utamanya di Amerika Serikat.
Pada usia tuanya, Kusama tetap melanjutkan karirnya sebagai seniman. Ia kembali ke masa-masa awalnya dengan menggambar dan melukis. Karya-karyanya tetap inovatif dan multidisipliner. Sampai di tahun 2017, retrospektif 50 tahun karya Kusama dibuka di Hirshhorn Museum di Washington DC. Pameran ini menampilkan enam ruang infinity mirror yang kemudial digilir ke lima museum di Amerika Serikat dan Kanada. Tidak hanya itu, Kusama mulai memperluas jangkauan pameran karyanya, hingga akhirnya sampai ke Indonesia, yang menjadi spot untuk berfoto paling terkenal di Jakarta. Pameran tersebut berjudul Yayoi Kusama: Life is the Heart of a Rainbow, di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (Museum MACAN) yang diselanggarakan pada tanggal 1 Mei 2018 sampai 30 September 2018.
Sumber:
http://www.bbc.com/culture/story/20180925-yayoi-kusamas-extraordinary-survival-story