Kodo: Seni Tradisional Dupa Jepang

Ditulis oleh: Administrator, 14-06-2019

          Sejarah seni tradisional Jepang sudah ada sejak berabad-abad yang lalu. Ada seni sado (茶道) yang merupakan seni upacara minum teh, kemudian ada kado (華道) yang memiliki arti ‘jalan bunga’ dan lebih dikenal dengan ikebana atau seni merangkai bunga dan merupakan tradisi yang sudah ada sejak abad ke-7 di mana orang-orang membuat seni merangkai bunga untuk persembahan yang diletakkan di altar mereka. Dan kemudian, ada kodo (香道) yang memiliki arti ‘jalan sebuah aroma’, yaitu adalah seni tradisional mencium bau dupa.

Image and video hosting by TinyPic

          Menurut legenda, sebatang kayu dupa sampai di Pulau Awaji sekitar tahun 595M. Orang-orang yang menemukan kayu itu menyadari betapa harumnya aroma kayu tersebut saat berada dekat dengan api. Karena Jepang merupakan bagian ujung timur dari silk road, maka kayu dupa mulai berdatangan dari Tiongkok dan Korea. Sejarah juga mengatakan bahwa samurai yang akan bersiap untuk pertempuran memurnikan pikiran dan tubuh mereka dengan mencium aroma dupa. Di Jepang sendiri, kodo berasal lebih dari seribu tahun yang lalu, ketika para bangsawan di istana kerajaan mencari inspirasi untuk membuat puisi, dengan cara ‘mendengarkan aroma’ dari kayu aromatik. Istilah ini digunakan untuk mendeskripsikan inspirasi yang datang dari menghirup aroma dupa yang lembut, seperti orang-orang yang dapat menikmati wine atau music yang indah.

          Tempat di mana orang-orang Jepang mempraktikkan kodo adalah koseki (香席). Seni tradisional ini dibuat lebih menarik dengan cara dijadikan sebuah permainan yang dinamakan kumiko (組香), yaitu sebuah permainan pengelompokan aroma dupa, di mana para pemainnya diberi tugas untuk mengidentifikasi perbedaan kecil dalam setiap aroma dupa yang diberikan. Permainan dimulai dengan komoto, pemimpin dari permainan kumiko, menempatkan sepotong kayu wangi berjarak 3 milimeter di atas pembakar dupa yang dipanaskan dengan sepotong arang yang dikelilingi oleh abu, mengayunkan tangan kanan diatasnya sambil memegang pembakar dengan tangan kirinya, kemudian melalui lubang kecil yang ia buat ia menarik napas dalam-dalam. Ia menarik napas lagi, berhenti sebentar, menarik napas kembali, kemudian memberikan pembakar dupa ke orang disebelahnya yang disebut dengan shokyaku, yaitu tamu yang paling penting dalam acara tersebut sambil mengucapkan osaki ni.

          Salah satu tujuan dari permainan ini adalah membiarkan aroma dupa meresapi tubuh dan jiwa para peserta yang ikut bermain dan ‘mendengarkan’ esensinya secara holistik, bukan hanya sekedar mencium aromanya. Pembakar dupa perlahan-lahan bergerak dari satu peserta ke peserta yang berikutnya di sekitar meja. Setelah potongan dupa yang pertama kali sudah selesai berputar, lalu potongan dupa yang lain dimulai. Proses ini diulang sebanyak lima kali dengan setiap aroma dupa yang tidak teridentifikasi.

Image and video hosting by TinyPic

          Tujuan utama dari permainan kodo ini adalah permainan intelektual yang dilakukan dengan cara membedakan dan mengidentifikasi kayu beraroma wangi yang berbeda berdasarkan baunya. Permainan ini dikembangkan untuk membuatnya menjadi bentuk upacara yang memiliki tema spiritual yang terkait dengan sastra. Setelah melakukan banyak penciuman aroma dupa, peserta diberi selembar kertas putih yang dilipat dan peserta diminta untuk menuliskan nama mereka sembari mencatat hasil dari apa yang telah mereka rasakan selama upacara mencium aroma dupa. Caranya adalah menentukan mana dari lima dupa yang telah diberikan yang memiliki aroma kayu berbeda dan kemudian mengungkapkannya dalam sebuah kode. Jika peserta merasa aromanya berbeda, maka peserta menggambarkan garis-gari tegak lurus dan sejajar. Jika peserta merasa aromanya sama, maka garis-garisnya harus digabungkan di bagian atasnya.

          Setelah aroma dupa memenuhi ruangan dan sekaligus memenuhi jiwa raga para peserta, permainan berakhir. Komoto kemudian membuka semua kertas yang telah diisi jawaban oleh peserta, dan langsung memberikan anggukan kepada satu orang-orang yang menjawab dengan benar. Setelah itu, para peserta saling membungkuk dan memberi selamat kepada para pemenang, dan permainan pun benar-benar berakhir.

          Tradisi ini merupakan tradisi yang sangat langka, dan sangat dilestarikan di Jepang, sehingga pelaksanaan kegiatan kodo ini dianggap sebagai upacara spiritual.

Untuk Informasi mengenai sekolah, beasiswa, bekerja, dan wisata ke Jepang dapat menghubungi kami melalui website https://mislanguageschool.co.id/

Sumber:

https://savvytokyo.com/