Konghucu di Indonesia

Ditulis oleh: Administrator, 05-10-2020

            Konghucu di Indonesia merupakan kepercayaan, agama, dan bagian dari cara hidup tradisi Tiongkok yang diwariskan dari masa lampau. Bangunan ibadah untuk Konghucu di Indonesia sering disebut "Klenteng" atau "Bio" (kata Hokkien untuk miao atau kuil). Konghucu adalah agama monoteistik, yang meyakini keberadaan satu Tuhan. Istilah Tuhan dalam  Konghucu. Kitab suci agama Konghucu yang digunakan sebagai pedoman dalam kehidupan keagamaan adalah Wu Jing ( "lima kitab klasik Konfusianisme") , Si Shu ( "empat buku Konfusianisme"), dan Xiaojing ( "kitab klasik kepatuhan terhadap orang tua").

            Pembentukan agama Konghucu dimulai dari gerakan pada akhir abad ke-19. Ada 2 gelombang pembentukan agama Konghucu di Indonesia. Gelombang pertama diresmikan pada tahun 1901 dengan pembentukan Tiong Hoa Hwe Koan - Batavia (Asosiasi Tionghoa Batavia). Gelombang kedua diresmikan pada tahun 1923 di Bandung. Kemudian pada tahun 1955, MATAKIN (Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia atau Dewan Tertinggi untuk Agama Konghucu di Indonesia) dibentuk.

            Keberadaan Konghucu di Indonesia pada awalnya masih belum jelas dan membingungkan karena Konghucu masih dianggap bukan sebagai agama resmi yang diakui di Indonesia tetapi sebagai kepercayaan atau kebiasaan tradisional orang Tionghoa.

            Namun, pada akhirnya konghucu memperoleh pengakuan resmi dari pemerintah Indonesia. Pengakuan bahwa Konghucu sebagai agama dapat dilihat dalam Keputusan Presiden No. 1 tahun 1965 hingga Konstitusi No. 5 tahun 1965, yang menetapkan Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu sebagai agama resmi orang Indonesia.

Untuk Informasi mengenai kursus Mandarin dan wisata ke China dapat menghubungi kami melalui website https://mislanguageschool.co.id/

Sumber:

https://www.kompasiana.com/joker_88/5c35577e6ddcae4e255b0e1a/melihat-sekilas-tentang-sejarah-agama-konghucu-di-indonesia?page=all

Sumber gambar:

https://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f5/Klenteng_Jin_De_Yuan%2C_Glodok%2C_Jakarta.jpg